Surat Ar-Rum (Bangsa Romawi) Ayat 17-21

17. Maka bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari (waktu subuh).
18. Dan segala puji bagi-Nya baik di langit, di bumi, pada malam hari maupun pada waktu zuhur (tengah hari).
19. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi setelah mati (kering). Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).
20. Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi ) manusia yang berkembang biak.
21. Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.

Surat Ar Ruum terdiri atas 60 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah. Dinamakan Ar Ruum karena pada permulaan surat ini, yaitu ayat 2, 3 dan 4 terdapat pemberitaan bangsa Rumawi yang pada mulanya dikalahkan oleh bangsa Persia, tetapi setelah beberapa tahun kemudian kerajaan Ruum dapat menuntut balas dan mengalahkan kerajaan Persia kembali. Ini adalah suatu mukjizat Al Quran, yaitu memberitakan hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dan juga suatu isyarat bahwa kaum muslimin yang demikian lemahnya di waktu itu akan menang dan dapat menghancurkan kaum musyrikin. Isyarat ini terbukti pertama kali pada perang Badar.

Hikmah:
17. Maksud bertasbih dalam ayat 17 ialah shalat. Ayat 17 dan 18 menerangkan tentang waktu shalat yang lima.
19. Allah adalah Dzat yang Maha Menciptakan. Adalah hal yang mudah bagi Allah dalam menciptakan makhluk-Nya. Dan hal yang mudah pula bagi Allah untuk membangkitkan manusia kembali.
20. Allah memiliki begitu banyak tanda-tanda kebesaran di seluruh alam semesta. Tanda-tanda kebesaran Allah amatlah luas. Salah satu tanda-tanda kebesaran Allah adalah penciptaan manusia yang berasal dari tanah. Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk. Dan Allah memberikan rahmat untuk manusia dengan adanya keturunan.
21.  Tanda-tanda kebesaran Allah yang lain adalah Allah menjadikan manusia saling berpasang-pasangan. Allah yang maha membolak-balikkan hati berkuasa untuk menghadirkan rasa cinta diantara hamba-hamba-Nya dan menyatukan mereka dalam ikatan suci pernikahan. Sungguh, hal tersebut merupakan tanda-tanda kebesaran Allah jika kita merenungkannya. Allah telah menciptakan jodoh untuk setiap hambanya. Jodoh yang ditetapkan Allah tidak akan pernah tertukar. Allah memberikan pasangan yang terbaik menurut-Nya sehingga hati manusia merasa tenteram.

ALLAH akan Menggantikan Sesuatu yang Hilang dengan Sesuatu yang Lebih Baik

Wahai Muslimah, Ibn Rajab pernah bercerita tentang seorang ahli ibadah yang sedang berada di Makah. Dia kehabisan bekal dan kelaparan. Tubuhnya lemas. Ketika sedang berjalan di salah satu gang di kota Makah dia mendapatkan sebuah kalung yang sangat mahal harganya. Diambilnya kalung itu dan dimasukkannya ke dalam saku, lalu pergi ke Masjidil Haram. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang mengumumkan bahwa dirinya telah kehilangan kalung.

Orang yang kehilangan kalung itu menjelaskan bagaimana bentuk kalung yang hilang itu. Ternyata keterangan yang dia sampaikan mengacu kepada kalung yang ditemukan orang tersebut. “Saya berikan kalung itu kepadanya namun dengan syarat memberikan imbalan kepada saya. Kalung itu pun diambilnya, dan pergi begitu saja tanpa ucapan terima kasih, satu dirham pun tidak aku dapatkan, sepatah kata pun tak terucap dari bibirnya, aku tak mendapatkan apa-apa darinya. Ya Allah, aku serahkan semua ini kepada-Mu, maka gantilah untukku sesuatu yang lebih baik darinya,” kata orang yang menemukan kalung itu.
 
Kemudian dia pergi ke laut, dan menumpang sebuah perahu. Setelah di laut, tiba-tiba angin bertiup kencang, dan perahu yang ditumpanginya itu pun karam. Akhirnya dia mengapung-ngapung di atas air dengan sebatang kayu yang dimainkan angin ke kiri dan ke kanan, hingga akhirnya terdampar di sebuah pulau. Ia kemudian turun ke daratan. Di pulau itu dia mendapatkan sebuah masjid dan orang-orang sedang melakukan shalat, dia pun kemudian ikut shalat bersama mereka.

Di masjid itu dia menemukan lembaran-lembaran kertas yang setelah dibacanya ternyata ayat-ayat Al-Qur’an. Seorang dari mereka bertanya kepadanya, “Apakah Anda sedang membaca Al-Qur’an?”
“Ya”, jawab orang itu. Kemudian penduduk pulau itu berkata, “Ajarilah anak-anak kami Al-Qur’an dan kami akan membayar atas semua itu. Kemudian dia menuliskan tulisan Arab, dan orang itu pun bertanya lagi, “Apakah Anda bisa mengajari anak-anak kami tulis-menulis?” Jawabannya, “Ya”. Maka dia pun mengajari anak-anak mereka dan menerima bayaran. 

Orang-orang di pulau itu kemudian bercerita bahwa di tempat itu ada seorang perempuan yatim, anak dari seorang yang sangat baik. Konon orang tuanya meninggal dunia. “Apakah Anda mau menikahinya?” tanya orang-orang itu kemudian. Dia menjawab, “Tidak apa-apa”.  Akhirnya dia pun menikah dengan perempuan yatim tersebut. Ketika masuk ke kamarnya, di hari pertama, dia melihat kalung yang pernah dia temukan itu melingkar di leher istrinya itu. 

Maka ia pun bertanya, “Bagaimana kisah tentang kalung ini?” Si istri itu pun kemudian bercerita. Dalam cerita itu disebutkan bahwa ayahnya suatu waktu pernah menghilangkannya di Makah. Kata si ayah kepadanya, kalung ini ditemukan oleh seorang laki-laki yang kemudian diserahkan begitu saja kepadanya. Sepulang dari Makah, si ayah selalu berdoa dalam sujudnya semoga Allah mengaruniakan suami buat anak perempuannya seperti laki-laki yang menemukan kalung itu. Di akhir ceritanya, si suami mengatakan, “Sayalah laki-laki itu”.

Sekarang, kalung itu menjadi milik laki-laki itu dengan status halal. Dia telah melakukan sesuatu hanya karena Allah, maka Allah pun menggantikannya dengan yang lebih baik. “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali sesuatu yang baik”. (Al-Hadis)

*Diambil dari sebuah buku inspiratif

Kisah Pengamal Dzikir

Allah berfirman dalam Hadist Khudsi, “Barang siapa selalu berdzikir kepada-Ku, maka Aku akan beri ia yang lebih baik daripada yang Aku berikan kepada orang yang meminta kepada-Ku”.

Hadist tersebut terbukti oleh kisah Tukang Roti dan Imam Ahmad bin Hambal sebagai berikut:
Suatu hari, Imam Hambal yang sedang berkunjung ke suatu kota, sengaja mampir ke sebuah masjid untuk istirahat. Kebetulan saat itu Imam Hambal hanya menggunakan pakaian biasa sehingga ia tidak dikenali sebagai seorang Imam Besar Makkah dan seorang pendiri Madzhab Hambali. Ketika sedang beristirahat, tiba-tiba datang seorang pengurus masjid yang seolah “mengusir” Imam Hambal dengan berkata bahwa masjid adalah tempat untuk shalat dan ibadah lainnya, bukan untuk tidur. Ia diminta untuk mencari tempat beristirahat lain selain masjid.

Imam Hambal pun keluar dari masjid. Sampai di halaman masjid, ia kemudian kembali beristirahat karena merasa lelah setelah perjalanan panjang yang ditempuh. Melihat kejadian ini, sang pengurus masjid pun kembali datang dan kembali mengusirnya. Namun, karena dalam kondisi kelelahan, Imam Hambal seperti tidak terlalu memperhatikan sang pengurus masjid. Karena itu, sang pengurus masjid kemudian memegang kaki dan menariknya keluar pagar masjid.

Sembari menahan sakit akibat “diseret” keluar masjid, tiba-tiba datanglah seorang pembuat roti yang merasa kasihan melihat orang yang kecapekan diusir dari masjid sambil diseret dengan begitu kasar. Sang pembuat roti pun kemudian membantu orang yang tidak dikenalnya itu bangun dari jatuhnya dan menawarkan tempat berjualannya sebagai tempat untuk beristirahat. Imam Hambal pun menerima tawaran sang pembuat roti. Setelah dipersilahkan untuk beristirahat, sang pembuat roti pun meminta izin untuk melanjutkan pekerjaannya membuat roti, dan Imam Hambal mengizinkannya. 

Betapa terkejutnya Imam Hambal melihat sang tukang roti sambil membuat rotinya sambil mengucap, "Subhanallah wa bihamdih, subhanallah wa bihamdih, subhanallah wa bihamdih…
Imam Hambal pun kemudian bertanya, sudah berapa lama sang pembuat roti membuat rotinya sambil berdzikir? Sang pembuat roti menjawab, sudah lama ia melakukan hal ini. Imam Hambal pun kembali bertanya, lalu apa yang sudah ia dapat dari Allah Swt. dengan amalannya itu? Sang pembuat roti pun menjawab, bahwa sejak ia melakukan amalan itu, tidak pernah sekalipun ia meminta hajat-hajatnya untuk dikabulkan oleh Allah Swt. melainkan langsung dikabulkan oleh-Nya. 

Namun kemudian, sang pembuat roti menangis, ia bercerita kepada orang yang belum dikenalnya itu bahwa sampai sekarang hanya ada satu permintaannya yang belum dikabulkan oleh Allah Swt. Dari dulu sang pembuat roti selalu memohon kepada Allah Swt. agar dimudahkan untuk dapat bertemu dengan Imam Hambal. Seketika itu juga, Imam Hambal berdiri dan memeluk sang pembuat roti sambil berkata, "Akulah Imam Hambal” dan kedua manusia mulia tersebut menangis bahagia.   

Inilah salah satu cerita nyata yang dialami oleh Imam Ibnu Hambal atau yang lebih kita kenal dengan Imam Hambal atau Imam Hambali.

*Diambil dari sebuah buku inspiratif